Bangkrutnya Sritex: Peluang dan Strategi Bisnis Tekstil
Penutupan ini menandai berakhirnya Sritex setelah beroperasi panjang sejak 1966. H.M Lukminto mendirikan usaha ini sebagai bisnis perdagangan tradisional di Pasar Klewer, Solo. Berawal dari usaha kecil, perusahaan ini terus tumbuh dan pada tahun 1968 mendirikan pabrik cetak yang memproduksi kain putih serta kain berwarna. Sritex kemudian tumbuh dan bertransformasi menjadi perusahaan tekstil berskala nasional, bahkan internasional.
BERITABISNISKARIR
Yuwana Galih Nugrahatama
3/8/20254 min baca


Sumber: bloombergtechnoz.com
IMPAKTIF.COM - Salah satu raksasa tekstil Indonesia, Sritex atau PT SRI Rejeki Isman Tbk berhenti beroperasi secara permanen per 1 Maret 2025. Sritex dinyatakan bangkrut karena tidak mampu membayar hutang. Hal ini mengakibatkan lebih dari 10 ribu pekerja mengalami PHK total.
Kejayaannya mulai menurun akibat perubahan model bisnis, tingkat daya beli masyarakat, gempuran produk tekstil impor dari luar negeri, hingga pandemi beberapa waktu lalu. Akhirnya perusahaan ini mengalami kerugian secara bertahap hingga akhirnya dinyatakan bangkrut karena tidak mampu memenuhi kewajiban pembayaran hutang.
Kebangkrutan yang dialami oleh perusahaan tersebut menjadi pembelajaran berharga bagi industri tekstil nasional, termasuk dalam hal strategi bisnis, adaptasi terhadap kebutuhan pasar, hingga manajemen utang. Memahami kebangkrutan yang dialami oleh Sritex dapat menjadi pembelajaran berharga bagi pelaku industri tekstil di Indonesia ke depan.
Penyebab Kebangkrutan Sritex
Bangkrutnya perusahaan tersebut sebagai raksasa tekstil tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan akibat dari berbagai faktor, seperti kondisi ekonomi negara hingga tantangan bisnis yang berubah. Adapun salah satu penyebab bangkrutnya adalah ekspansi bisnis yang agresif tanpa memperhitungkan keberlanjutan finansial. Akibat strategi yang kurang matang membuat perusahaan ini menumpuk utang fantastis hingga triliunan rupiah, ini diperparah dengan kondisi pasar yang buruk saat pandemi Covid-19.
Pandemi membuat seluruh dunia dalam kondisi ekonomi yang tidak stabil, hingga membuat permintaan tekstil dan pakaian dari beberapa negara mengalami penurunan. Keterbatasan produksi dan pembatalan pesanan dari luar negeri membuat perusahaan mengalami kondisi keuangan yang tidak stabil, bahkan mengalami penurunan pendapatan secara signifikan.


Sumber: katadata.co.id
Di sisi lain, persaingan industri tekstil makin ketat. Salah satu jenis tekstil yang marak di Indonesia adalah impor tekstil ilegal murah dari Tiongkok maupun Vietnam. Hal ini digandrungi oleh banyak kalangan, namun juga membuat industri tekstil dalam negeri seperti Sritex mengalami kesulitan untuk memenuhi pasar domestik dari segi kualitas maupun harga.
Bangkit Setelah PHK: Peluang Usaha yang Bisa Dicoba
Secara umum, gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri tekstil Indonesia berpengaruh besar terhadap tenaga kerja yang terdampak kebijakan tersebut. Oleh sebab itu, diperlukan adanya upaya untuk memberikan sarana bagi para pekerja yang terdampak, terutama untuk mendapatkan kesempatan baru di bidang usaha baru yang potensial.
Bisnis berbasis digital: dari dropshipping hingga marketplace fashion
Dilansir dari CNBC Indonesia, pertumbuhan ekonomi digital indonesia tumbuh pesat sepanjang tahun 2024 lalu. Nilai transaksi digital mencapai angka US$ 90 miliar (Rp 1.420 triliun). Hal ini menjadikan peluang bisnis tanpa modal besar melalui platform digital populer seperti Shopee maupun Tiktok.
Model bisnis seperti dropshipping maupun affiliate tentunya menjanjikan bagi sebagian besar masyarakat, bahkan dapat memperoleh omset hingga ratusan juta rupiah apabila ditekuni. Di sisi lain, masyarakat juga dapat menggunakan platform tersebut dengan membuat tekstil industri rumah tangga dan memasarkannya secara luas.
Industri Kreatif Berbasis Tekstil: Ecoprint dan Fashion Berkelanjutan
Banyak dari tekstil masa kini berupaya untuk menjaga keberlangsungan lingkungan melalui bahan ecoprint atau ramah lingkungan. Hal ini tentunya dapat dimanfaatkan oleh mantan pekerja agar menggunakan bahan tekstil daur untuk diubah menjadi bahan baku berkualitas. Hal tersebut dapat didukung melalui strategi pemasaran digital yang tepat agar meningkatkan branding dari produk yang dibuat.
Pelatihan Ulang (Reskilling) untuk Beralih ke Sektor Lain
Banyak dari para pegawai hanya memiliki beberapa skill terbatas sehingga banyak diantaranya mereka masih bingung untuk beralih ke sektor lain. Justru, ini bisa menjadi kesempatan untuk mengembangkan keterampilan baru dan beralih ke sektor lain yang lebih menjanjikan.
Pelatihan ulang (reskilling) menjadi solusi utama bagi korban PHK agar tetap kompetitif di dunia kerja. Beberapa bidang pelatihan, antara lain digital marketing, desain grafis, editing, hingga bisnis online dapat memberikan peluang bagi mantan pekerja untuk dapat membuat lapangan pekerjaan baru. Berbagai bidang pelatihan tersebut disediakan oleh pemerintah maupun komunitas, semisal prakerja.go.id, udemy, maupun coursera.


Peran Teknologi dalam Persaingan Bisnis Tekstil
Memasuki era Revolusi Industri 4.0, peran kecerdasan buatan atau AI mulai berdampak pada perkembangan bisnis tekstil di Indonesia. Hal ini tentunya meningkatkan daya saing tekstil dalam negeri secara bertahap. Adapun langkah-langkah untuk mencapai perubahan dalam bisnis ini sebagai berikut:
Digitalisasi Bisnis melalui e-commerce
Platform e-commerce seperti Tokopedia, Shopee, hingga Alibaba memungkinkan perusahaan untuk menjangkau langsung kebutuhan konsumen maupun pangsa pasar yang lebih luas tanpa batasan geografis suatu negara. Hal tersebut tentunya dapat meningkatkan kualitas mutu produk yang lebih baik, omzet perusahaan yang makin meningkat, hingga mengurangi ketergantungan perantara pihak ketiga.
Penerapan AI dalam Desain Fashion
Penerapan AI dalam industri fashion mulai memberikan dampak signifikan terhadap desainer. AI membantu desainer menganalisis tren pasar, preferensi konsumen, dan data penjualan untuk menciptakan desain yang sesuai permintaan. Selain itu, AI dapat menghasilkan variasi desain berdasarkan input awal, mempercepat proses kreatif dan inovasi produk.
Otomatisasi Produksi untuk Efisiensi
Penggunaan mesin pintar berbasis AI sangat berguna untuk mempercepat proses produksi tekstil berkualitas tinggi. Mesin-mesin ini mampu mendeteksi kesalahan produksi secara real-time, mengurangi produk cacat, dan meminimalkan limbah.
Belajar dari Kasus Sritex dan Masa Depan Industri Tekstil
Kasus Sritex menjadi pembelajaran berharga bagi para pelaku industri tekstil di Indonesia, terutama dalam manajemen keuangan, strategi ekspansi, dan adaptasi terhadap perubahan pasar. Ketergantungan pada utang besar dan kurangnya inovasi dalam menghadapi persaingan global menjadi faktor utama yang perlu diantisipasi oleh pelaku usaha lainnya.
Agar tetap bertahan dan berkembang, perlu adanya kolaborasi dan pemanfaatan teknologi secara optimal, terutama teknologi AI yang kian hari makin berkembang. Selain itu, perusahaan harus memperkuat strategi pemasaran digital serta meningkatkan efisiensi operasional di era digital. Adapun digitalisasi, diversifikasi produk, dan inovasi berkelanjutan adalah kunci menghadapi era industri 4.0. (*YGN)
Sumber:
https://www.bloombergtechnoz.com/detail-news/64414/sejarah-sritex-raksasa-industri-tekstil-ri-yang-berakhir-ditutup
https://www.cnbcindonesia.com/tech/20241107115208-37-586406/ekonomi-digital-indonesia-tahun-ini-tembus-rp-1420-triliun
https://katadata.co.id/berita/industri/650a3f29ee450/impor-tekstil-ilegal-diprediksi-capai-rp-43-triliun-tekan-industri-ri
Sumber: freepik.com