Berani Mengambil Risiko Itu Buruk, Kok Bisa?
"Orang sukses bukan mereka yang berani mengambil risiko tapi yang berhasil menyeimbangkan antara keduanya atau memiliki titik aman pada bidang lain," - Peneliti dan Psikolog dari Universitas Western Michigan.
TIPSKEPEMIMPINAN
Fathia Hidayatul Ramdhani
8/26/20241 min baca
IMPAKTIF.COM - Beberapa qoutes positif cendrung menawarkan gambaran, terkait keputusan mengambil risiko untuk perubahan.
Seolah dengan mengambil risiko benar-benar dapat merubah kehidupan seseorang, tanpa memikirkan jangka panjang terkait dampak yang ditimbulkan.
Hal tersebut juga dijelaskan oleh Channel Youtube Roeang Belajar, mereka merangkum sebuah penelitian dari Joseph Revi dan Gepeng dari tahun 1994-2008.
Penelitian tersebut, melibatkan sekitar 5.000 pengusaha di Amerika Serikat dari usia 20-50 tahun melalui 2 kelompok: berani ambil risiko dan atau tidak.
Keterangannya yaitu, pihak yang berbisnis dan mengambil risiko keluar dari pekerjaannya atau mereka yang berbisnis tapi sembari bekerja untuk menghindari risiko gagal.
Ternyata hasilnya, peserta yang menghindari risiko atau tetap berbisnis sembari bekerja memiliki peluang keberhasilan 33% lebih besar dari pada yang mengambil risiko resign.
Maka dapat disimpulkan, bahwa berani mengambil resiko bukan selalu keputusan baik. Tapi juga bisa berakhir buruk, apalagi alasannya jika mereka tidak menemukan titik aman pada bidang lain.
Seperti penjelasan Peneliti dan Psikolog dari Universitas Western Michigan di awal artikel ini, bahwa orang sukses adalah mereka yang berhasil menyeimbangkan risiko melalui pemilihan titik aman sebagai cadangan.
Artinya, setiap orang harus punya Plan B dalam hidup mereka. Entah untuk meraih kesuksesan suatu karir, atau bahkan menghadapi kegagalan dari segala aspek yang kemungkinan mengakibatkan kekecewaan.
Seorang penulis asal Amerika Serikat, Adam Grant mengatakan bahwa “Orang sukses tidak menyukai risiko besar dan cendrung menghindarinya karena lebih memilih titik aman jangka panjang."
Bahkan, para pendiri Apple dan Google di awal karir mereka saat membangun bisnis terkait, masih bekerja di bidang lain. "Mereka penuh keraguan akan bayang kesuksesan," kata Youtuber Roeang Belajar.
Tidak hanya itu, Bill Gates yang diketahui meninggalkan kuliah demi merintis Microsoft ternyata tidak benar karena ia hanya mengajukan cuti ke kampus dan masih memilih titik aman jika usahanya gagal.
"Orang hebat yang paling berpengaruh terhadap dunia seperti Bill Gates atau pun Pendiri Google, adalah orang yang sama seperti kita yang punya ketakutan dan kekhawatiran. Mereka mengambil risiko pada satu sisi tapi menciptakan sisi aman pada sisi lain," jelas Adam Grant. (FAT)
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=SZcHuvwJzU4