Edukasi di Era Digital: Bagaimana Augmented Reality Dapat Meningkatkan Kualitas Pendidikan Bagi Siswa

Bayangkan proses pembelajaran yang membuat imajinasi siswa menjadi nyata, seakan-akan siswa benar-benar berinteraksi dengan materi yang dipelajarinya, terlepas dari metode-metode konvensional yang membosankan dan tak lagi relevan. Augmented Reality (AR) akan mewujudkan angan-angan tersebut, hingga pendidikan dan edukasi akan kembali menjadi sesuatu yang menyenangkan dan dinanti-nanti oleh siswa.

TIPSPENGEMBANGAN DIRITEKNOLOGI

I Ketut Veda Suputra

3/21/20243 min read

IMPAKTIF.COM - Proses pembelajaran telah lama menjadi hal yang tidak mengasyikkan bagi siswa. Siswa yang tertidur pulas saat guru menerangkan sudah menjadi hal yang lumrah, begitu pula dengan siswa yang memilih untuk membolos ketimbang mengikuti kegiatan belajar-mengajar.

Padahal, pendidikan merupakan kunci terpenting dalam mencapai kesuksesan. Tanpa edukasi dan pembelajaran yang sesuai, siswa tidak akan mampu berpikir kritis, memecahkan masalah kompleks, hingga memiliki keterampilan dan kreativitas digital.

Metode edukasi konvensional, seperti metode ceramah dan pembelajaran yang hanya bergantung pada membaca buku, merupakan salah satu alasan terbesar siswa kerap kali bosan ketika pelajaran berlangsung.

Jika siswa melakukan pembelajaran hanya membaca buku sambil mendengarkan apa yang diterangkan gurunya, siswa tidak akan melakukan interaksi yang berarti dengan apa yang ia pelajari, yang membuat rasa tertarik siswa kian menurun.

Bahkan jika buku berisi gambar sekalipun, buku dan ceramah tetap bersifat statis, yang membuat siswa kesulitan membayangkan dan memahami materi yang dipelajarinya.

Di era digital ini, sudah banyak sekali inovasi yang dapat menggantikan metode-metode edukasi konvensional tersebut, seperti e-learning, virtual reality, hingga kecerdasan buatan. Salah satu dari inovasi tersebut adalah augmented reality (AR), di mana ia dapat menggabungkan dunia nyata dengan konten digital hanya dengan sebuah telepon pintar.

Konten digital tersebut akan ditampilkan di atas apa yang sebenarnya terlihat di dunia nyata, seperti yang dapat dilihat di filter Instagram maupun game Pokemon GO.

Keunggulan Augmented Reality

  1. AR aksesibel untuk siswa dari berbagai kalangan

Zaman sekarang, hampir semua siswa dari berbagai daerah telah memiliki akses pada telepon pintar. Siswa-siswa tersebut juga telah memahami cara menggunakan telepon pintar dalam konteks pembelajaran, mengingat COVID-19 telah memaksa mereka untuk melakukan pembelajaran secara daring. 

Dengan kapabilitas AR yang telah didukung telepon pintar berspesifikasi rendah sekalipun, siswa dengan berbagai latar belakang dapat menggunakan AR tanpa harus menghabiskan uang maupun tenaga untuk membeli dan merancang alat-alat baru. 

  1. Siswa sudah familiar dengan cara penggunaan AR

AR sendiri juga sangat mudah untuk digunakan. Contohnya, siswa dapat menggunakan AR hanya dengan mencoba filter-filter yang ada di kamera aplikasi TikTok, sebuah aplikasi yang sudah sangat populer di kalangan anak muda.

Bahkan, pengguna TikTok dapat memainkan game hanya dengan menggunakan filter-filter tersebut, di mana game tersebut cenderung menunjukkan obyek-obyek digital seperti kartun dan animasi yang menarik perhatian siswa.

Dengan kapabilitas AR yang begitu besar dan luas, AR yang disesuaikan untuk konteks pembelajaran tentunya akan meningkatkan minat belajar dan pemahaman siswa. 

  1. AR dapat digunakan secara aman dalam situasi apapun

Tidak seperti penjelasan guru, sifat AR yang portabel layaknya telepon pintar juga membuat siswa dapat mengakses konten edukasional kapanpun dan di manapun. AR juga dapat mensimulasikan proses pembelajaran yang beresiko tanpa membahayakan siswa, seperti halnya mengoperasikan pesawat luar angkasa, mencampur zat kimia, dan lain sebagainya.

Dengan AR, siswa dapat belajar secara aman dan menyenangkan tanpa harus bergantung dengan tenaga pengajar maupun orang dewasa lainnya.

Penggunaan AR dalam Konteks Edukasi

  1. Overly untuk Pembelajaran Anatomi

AR dapat menunjukkan anatomi manusia dalam bentuk 3D dengan aplikasi Overly, di mana siswa dapat memperbesar layar telepon pintarnya untuk melihat setiap organ secara lebih spesifik.

Siswa juga dapat memindahkan kamera dengan mengusap layarnya, sehingga siswa dapat melihat anatomi tersebut dari berbagai perspektif untuk memperdalam pemahamannya.

Siswa juga dapat menekan sebuah organ untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang organ tersebut, di mana informasi tersebut dapat disampaikan melalui teks maupun audio. 

  1. SkyView Lite untuk Pembelajaran Astronomi

SkyView Lite memungkinkan siswa untuk mempelajari berbagai obyek-obyek di langit, baik itu bulan, bintang, maupun konstelasi.

Dengan mengarahkan kamera telepon pintarnya ke langit, siswa akan disajikan gambaran yang lebih jelas tentang apa saja yang ada di langit tersebut, di mana siswa dapat menekan obyek tersebut untuk melihat lokasi aslinya di hari atau jam apapun.

Bahkan, siswa juga bisa mengganti hari maupun jam di aplikasi tersebut untuk melihat obyek-obyek yang melintasi langitnya di waktu tertentu.

  1. 3D Monuments untuk Pembelajaran Sejarah

Dengan AR History - 3D Monuments, siswa dapat melihat monumen-monumen bersejarah dari berbagai penjuru dunia seakan-akan monumen tersebut berada tepat di depannya.

Dari Colosseum di Italia hingga piramid El Castillo di Meksiko, siswa dapat berjalan-jalan di sekitar monumen-monumen tersebut, yang memungkinkan siswa melihat bagian-bagian dari monumen tersebut secara lebih mendalam. 

Visualisasi detail dan realistis yang diberikan akan membuat siswa bisa memahami signifikansi dan nilai sejarah dari tempat-tempat tersebut dengan lebih baik, ketimbang jika siswa hanya diberikan penjelasan melalui tulisan maupun suara mengenai hal tersebut oleh gurunya. 

Dibanding dari hanya mendengarkan penjelasan guru, ataupun melihat gambar 2D yang tertera di buku, AR yang memungkinkan siswa untuk berinteraksi dengan obyek yang dipelajari tentu akan meningkatkan pemahaman siswa secara lebih signifikan.

Anatomi manusia, obyek-obyek di langit, dan monumen-monumen bersejarah yang awalnya terkesan abstrak akan jauh lebih mudah dicerna oleh pikiran setelah siswa berinteraksi dengannya, dan siswa juga akan mengingat apa yang dipelajarinya dari obyek tersebut lebih lama sebagai hasilnya. (*IKVS)

Sumber artikel : Website Neil Sahota (https://www.neilsahota.com/augmented-reality-in-education-the-future-of-learning-is-here/)