Mengenal FOMO dan JOMO dalam Era Perkembangan Media Sosial

Halo, Genially! kamu pasti sering banget kan mendengar istilah FOMO dan JOMO? Tapi udah pada tau gak nih apa bedanya kedua istilah tersebut? Yuk, simak pembahasannya!

TIPSPENGEMBANGAN DIRIKEPEMIMPINAN

Tegar Raffi Putra Jumantoro

3/15/20243 min read

IMPAKTIF.COM - “FOMO" merupakan singkatan dari "Fear Of Missing Out" yang merupakan rasa takut ketinggalan, atau kecemasan yang muncul karena khawatir kehilangan momen penting atau menarik.

Secara umum, FOMO terjadi dalam situasi sosial, misalnya ketika kamu melihat teman atau orang lain melakukan aktivitas populer di media sosial dan merasa tersisih.

Istilah "JOMO" adalah singkatan dari "Joy Of Missing Out" yang mengacu pada kegembiraan karena tidak berpartisipasi dalam acara atau kegiatan yang dianggap kurang penting atau tidak menarik. JOMO kebalikan dari FOMO.



Tidak seperti FOMO nih Genially, JOMO dapat membantu mengurangi stres dan kecemasan serta meningkatkan kesejahteraan, keseimbangan, dan ketenangan emosional kamu.

1. Gimana sih FOMO bisa muncul?

FOMO bisa muncul dari aktivitas kita di media sosial. Media sosial menampilkan setiap aktivitas individu yang kebanyakan menyenangkan, terutama di kalangan remaja, dan bisa menjadi pedang bermata dua karena merupakan wahana utama untuk membangkitkan perasaan FOMO.

Menurut data statistik dari Optinmonster, hampir 7 dari 10 (69%) generasi milenial mengalami FOMO, paling banyak dari kelompok usia lainnya. FOMO dapat memicu rasa iri, cemburu, sedih, kecewa, ketidakpuasan dan ketakutan tertinggal dari orang lain.

Orang yang mengalami FOMO mungkin merasa seperti terus-menerus memeriksa media sosial atau acara teman mereka untuk memastikan mereka tidak melewatkan sesuatu yang menarik.

2. Lalu, gimana sih cara mengatasi FOMO?


Ciptakan mindset bahwa apa yang dilihat di media sosial bukanlah tolak ukur kehidupan Genially, apa yang kita lihat di media sosial, seperti foto, story, dan postingan orang lain, tidak selalu menjelaskan kehidupan mereka secara menyeluruh.

Orang cenderung menunjukkan sisi terbaik dalam hidup mereka di media sosial. Itulah mengapa penting untuk memiliki sudut pandang yang benar dan tidak membandingkan kehidupan kita dengan kehidupan orang lain.

3. Batasi Waktu dalam Penggunaan Media Sosial


Menghabiskan terlalu banyak di media sosial berpotensi mempengaruhi kesehatan mental dan mengurangi produktivitas kehidupan sehari-hari. Selain itu, media sosial juga bisa membuat kita merasa cemas.

Batasi waktu ber-scrolling ria, misalnya 45 menit per hari. Jika dirasa kurang efektif, kita dapat meng-uninstall aplikasi sosmed untuk sementara waktu. Dengan membatasi penggunaan media sosial, kita dapat fokus untuk menyelaraskan kehidupan.

4. Nikmati Momen Kehidupan Nyata dan Fokus Pada Tujuan


Genially pasti seringkali terlalu asyik dengan kehidupan online di media sosial dan melupakan kehidupan nyata, baik itu karier, pendidikan, atau kehidupan pribadi.

Oleh karena itu, penting untuk fokus pada tujuan hidup, menikmati saat-saat berharga dengan keluarga, jalan-jalan bersama teman, menikmati pemandangan, dan hal menyenangkan lainnya. Lupakan sejenak dunia maya dan bawa dirimu kembali ke dunia nyata.

5. Bersyukur Atas Apa yang Telah Dimiliki


Kita sering terlalu fokus pada kekurangan diri dan melupakan kelebihan yang telah dimiliki. Tak melulu soal pencapaian besar, kita dapat menghargai pencapaian-pencapaian kecil yang telah diraih.

Genially dapat menuliskan semua hal yang dapat disyukuri, agar tetap fokus pada apa yang “ada” sekarang daripada “apa yang tidak ada”. Itulah mengapa penting untuk mensyukuri dan menghargai segala hal baik yang ada pada diri kita.

6. Katakan "TIDAK" untuk Hal-hal yang Tidak Ingin Kamu Lakukan


Terkadang kita mudah tergoda untuk melakukan hal - hal yang sebenarnya tidak kita inginkan atau yang tidak sesuai dengan diri kita, hanya karena ingin menyenangkan semua orang atau merasa harus melakukannya.

Dengan belajar berkata "TIDAK", kita dapat mengendalikan hidup dan memprioritaskan apa yang benar-benar penting. Dengan bantuan JOMO, hidup terasa jauh lebih mudah dan meningkatkan kualitas hidup bahkan dengan aktivitas terkecil sekalipun.

Hidup ini terlalu singkat jika hanya membicarakan siapa yang lebih sukses, tindakan siapa yang paling bagus, atau hal sepele lainnya. FOMO mengajarkan kita untuk kita mindfulness, yaitu rasa puas dan menghargai hidup saat ini. Tidak ada lagi rasa iri dan keinginan untuk memenuhi standar sosial tertentu.

Dari semua hal yang telah dibahas diatas, bukan berarti FOMO sama sekali tidak berguna. Dalam skala kecil, FOMO dapat berguna dalam memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu yang positif.

Saat merasa “ketinggalan” itu dapat mendorong kita untuk mengambil tindakan, itu bisa menjadi pemicu untuk bertemu orang baru dan mendorong kita untuk keluar dari zona nyaman. Sayangnya, FOMO umumnya memiliki lebih banyak efek negatif daripada positif. (*TRPJ)

Sumber artikel : Website Freepik (https://indodax.com/academy/jomo-adalah-joy-of-missing-out/)