Wealth and Happiness: Psikologi Maslow untuk Meraih Finansial Well-Being
Deskripsi Singkat: Kunci kebahagiaan dan kesejahteraan finansial dimasa efisiensi anggaran ,dengan metode psikologi maslow. Dengan target menciptakan kesadaran diri, antara kebutuhan dan keinginan, yang menghasilkan produktifitas.
BERITAKEUANGANPSIKOLOGI
Zulhaini Desi Pratiwi
3/27/20253 min baca


IMPAKTIF.COM - Dimasa efisiensi anggaran, bulan ramadhan, idul fitri, kita sering terjebak dalam anggapan bahwa kekayaan materi adalah kunci utama menuju kebahagiaan. Namun, apakah benar memiliki uang akan otomatis membuat kita bahagia? Menurut teori psikologi Abraham Maslow, kebahagiaan sejati tidak hanya tergantung pada faktor eksternal, seperti uang, tetapi juga pada pemenuhan kebutuhan psikologis yang lebih mendalam. Teori hierarki kebutuhan Maslow menawarkan perspektif yang menarik untuk meraih kesejahteraan finansial dan kebahagiaan dalam hidup.
Hierarki Kebutuhan Maslow: Cara Menggapai Kesejahteraan dan Kebahagiaan
Dibangku sekolah dasar kita diajarkan bahwa kebutuhan terbagi tiga tingkatan yaitu, kebutuhan primer, sekunder, tersier. Teori Hierarki Maslow tidak jauh berbeda dari apa yang kita pelajari di bangku sekolah dasar dulu. Teori Maslow mengungkapkan bahwa manusia memiliki serangkaian kebutuhan yang harus dipenuhi secara sistematis, dari yang paling dasar hingga yang paling utama (puncak). Hierarki ini terbagi menjadi lima tingkatan:
Sumber: https://pixabay.com/id/photos/cinta-pasangan-kebahagiaan-tanggal-4292211/


Sumber: https://www.freepik.com/free-vector/maslow-pyramid-hierarchy-needs-3d-vector-chart-white-background_11059425.htm#fromView=search&page=1&position=0&uuid=02e330fc-bfe9-471e-8d42-36c8a1f3e8d2&query=Maslow+
1. Physiological: Diwaktu sekolah kita diajarkan kebutuhan primer yaitu sandang, pangan, papan. Teori maslow yang paling dasar juga memiliki pendapat yang sama yang sama yaitu, kebutuhan dasar seperti makan, tidur, dan tempat tinggal. Tanpa memenuhi kebutuhan ini, seseorang tidak bisa fokus pada hal-hal lainnya, termasuk tujuan finansial.
2. Safety: Setelah kebutuhan dasar terpenuhi, manusia mencari rasa aman, baik itu secara fisik (keamanan tubuh) maupun finansial (tabungan dan pekerjaan yang stabil).
3. Love & Belonging: Di tahap ini, hubungan sosial seperti keluarga, teman, dan komunitas menjadi penting. Kesejahteraan finansial tidak hanya bergantung pada tabungan di bank, tetapi juga pada seberapa kuat jaringan sosial yang dimiliki.
4. Esteem: Setelah merasa aman dan memiliki hubungan yang erat, kita mulai mencari pengakuan dan penghargaan dari orang lain. Ini bisa berarti, pencapaian akedemisi, pencapaian karier, status sosial, atau bahkan pencapaian finansial yang diakui oleh masyarakat.
5. Self-actualization: Puncak dari piramida Maslow adalah kebutuhan untuk menjadi versi terbaik dari diri kita. Ini melibatkan pengembangan diri, pencapaian tujuan hidup yang lebih besar, dan merasakan kepuasan batin.
Kesejahteraan Finansial dalam Konteks Maslow
Untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan finansial, kita harus paham bahwa uang penting untuk memenuhi kebutuhan dasar dan memberikan rasa aman. Akan tetapi kita juga butuh keseimbangan antara kebutuhan fisik dan emosional yang tidak kita dapatkan dari uang. Maslow mengajarkan kita bahwa kebahagiaan tidak bisa hanya diukur dari seberapa banyak kita memiliki, tetapi lebih kepada seberapa baik kita memenuhi kebutuhan kita dalam semua aspek kehidupan.
Kita contohkan, meskipun kita memiliki pekerjaan yang stabil dan pendapatan yang tinggi (kebutuhan keamanan), jika kita merasa kesepian atau terisolasi (kebutuhan sosial), kita mungkin tidak merasa sepenuhnya bahagia. Atau, jika kita sudah memenuhi kebutuhan materi dan sosial, tetapi kita merasa belum mencapai potensi maksimal kita atau tidak merasa berarti dalam pekerjaan kita (kebutuhan aktualisasi diri), maka kita masih belum meraih kebahagiaan yang sesungguhnya.
Meraih Kesejahteraan dan Kebahagiaan Finansial dengan Pendekatan Maslow
1. Fokus pada Pemenuhan Kebutuhan Primer (Dasar): Langkah pertama adalah memastikan kebutuhan dasar seperti makanan (panagn) , tempat tinggal (papan), dan kesehatan terpenuhi. Ini adalah fondasi yang harus ada sebelum kita bisa berpikir kejenjang keuangan yang lebih tinggi.
2. Membangun Keamanan Finansial: Langkah selanjutnya adalah menciptakan rasa aman finansial, melalui manajemen keuangan yang bijak, menabung, dan berinvestasi untuk masa depan. Rasa aman finansial membuat kita menjalani hidup tanpa khawatir tentang ketidakpastian ekonomi (efisiensi anggaran & deflasi).
3. Mengembangkan Jaringan Sosial yang Mendukung: Berkumpul dengan orang-orang yang support kita, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional merupakan hal penting. Acapkali, peluang finansial datang melalui koneksi sosial. Jadi, prioritaskan pentingnya relasi yang sehat dan saling menguntungkan.
4. Mengejar Penghargaan dan Pencapaian Pribadi: Dalam dunia pendidikan dan kerja, penting untuk merasa dihargai dan diakui atas prestasi dan kontribusi kita. Hal yang kita raih, baik dalam bentuk penghargaan atau pengakuan dari orang-orang di sekitar kita, dapat menjadi penyemangat diri untuk meraih kesuksesan.
5. Aktualisasi Diri: Temukan Tujuan Lebih Besar: Pada akhirnya, capaian finansial yang memberi arti dan dampak positif dalam hidup kita dan orang lain. Ini mungkin berarti mengejar passion, atau membuat perubahan positif di dunia, dengan berbagi kepada orang yang membutuhkan,
Menyimpulkan Kesejahteraan Finansial dan Kebahagiaan
Maslow mengajarkan kita bahwa kesejahteraan dan kebahagian finansial tidak hanya tentang uang, tetapi juga tentang bagaimana kita memenuhi kebutuhan emosional, sosial, dan pribadi kita. Dalam dunia yang semakin materialistis, kita sering lupa bahwa kebahagiaan sejati datang dari keseimbangan antara kehidupan finansial dan pemenuhan kebutuhan batin yang lebih dalam. Oleh sebab itu, dengan mengikuti prinsip-prinsip dalam teori Maslow, kita bisa meraih kesejahteraan dan kepribadian yang lebih terstruktur secara sistematis, yang mencakup kebahagiaan, kepuasan batin, dan tentu saja, stabilitas finansial yang berkelanjutan.
Jadi, siapkah kamu untuk menemukan keseimbangan dalam hidupmu, dan menggapai kesejahteraan dan kebahagiaan finansial yang lebih bermakna? (*ZDP)
Sumber:
Feldman, R. S. (2017). Pengantar Psikologi (10 ed.). Jakarta: Salemba Humanika.
John, O. (2023, 09, 18). Alasan Psikologis Kenapa Keuangan Bikin stres. Retrieved 03 16, 2025, from https://satupersen.net/blog/alasan-psikologis-kenapa-keuangan-bikin-stres